Bambu termasuk dalam famili gramineae. Bambu tersebar didaerah tropik dan subtropik tapi terdapat juga didaerah dingin seperti Jepang, China, dan Amerika serikat. Diseluruh dunia diperkirakan ada 600-700 spesies bambu, dan 300 spesies tumbuh diAsia kebanyakan tumbuh diIndoburma yang dianggap sebagai tempat asalnya.
Penghasil bambu terbesar adalah negara India yang memiliki perkebunan bambu seluas 9 juta ha. Diikuti dengan China yang memiliki luas 3 juta ha lalu negara Jepang yang memiliki luas 120.000 ha.
Berbagai jenis bambu yang ada diIndonesia memiliki kekhasan tersendiri, hal ini yang membuat perbedaan dalam pemanfaatanya.
Berikut kerajinan dari bambu dan jenisnya :
1. Bambu apus
Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3 m – 15 m. Bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Bentuk batangnya sangat teratur dengan buku-buku yang sedikit membengkak. Tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Rebungnya pahit dan tidak bisa dimakan. G. apus terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku anyaman karena seratnya yang panjang, halus, dan lentur.
Bambu ini, dalam keadaan basah berwarna hijau dan tidak keras. Sebaliknya bila sudah kering warnanya menjadi putih kekuning-kuningan, liat, dan tidak mudah putus. Karena itu, tak heran bila bambu ini digunakan sebagai bahan utama untuk kerajinan anyaman dan juga untuk tali pengikat.
2. Bambu betung
Bambu betung banyak dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan seperti dinding rumah yang dianyam atau
dibelah, furniture, dan berbagai kerajinan seperti keranjang bambu.
Rebungnya juga bisa digunakan untuk makanan seperti sayur, terkenal paling enak di antara
jenis-jenis bambu lainnya.
3. Bambu gombong
Bambu gombong/ater Gigantochloa verticillata Munro (G. atter
Kurz) tumbuhnya sangat merumpun. Tinggi buluhnya mencapai 26 m dan tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Garis
tengah pangkal batangnya mencapai 4-13 cm dengan tebal dinding 6-20 mm.
Warna batangnya hijau atau hijau dengan garis-garis kuning membujur. Bentuk yang sebagian dari batangnya bergaris-garis di Jawa Barat disebut sebagai bambu andong, sedang yang tidak bergaris ater. Bambu ini dalam bahasa Sunda dikenal sebagai awi andong, awi gombong, awi surat, awi temen, sedang dalam bahasa Jawa disebut sebagai pring surat. Rebungnya merupakan yang terbaik dari rebung jenis bambu lainnya. Umumnya bambu ini banyak digunakan sebagai bahan baku bangunan, chopstick dan berbagai kerajinan tangan.
Bambu hitam, dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras, tetapi setelah kering sangat keras dan warnanya menjadi hitam kecoklat-coklatan.
Warna batangnya hijau atau hijau dengan garis-garis kuning membujur. Bentuk yang sebagian dari batangnya bergaris-garis di Jawa Barat disebut sebagai bambu andong, sedang yang tidak bergaris ater. Bambu ini dalam bahasa Sunda dikenal sebagai awi andong, awi gombong, awi surat, awi temen, sedang dalam bahasa Jawa disebut sebagai pring surat. Rebungnya merupakan yang terbaik dari rebung jenis bambu lainnya. Umumnya bambu ini banyak digunakan sebagai bahan baku bangunan, chopstick dan berbagai kerajinan tangan.
Bambu hitam, dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras, tetapi setelah kering sangat keras dan warnanya menjadi hitam kecoklat-coklatan.
4. Bambu tutul
Bambu tutul (Bambusa vulgaris Schrad)
dalam bahasa daerah banyak dikenal dikenal juga sebagai awi ampel, awi gading, awi
koneng, awi tutul (Sunda), pring ampel, pring ampel kuning, pring
gading, pring legi, pring tutul (Jawa).
Bambu jenis ini tumbuh merumpun tidak
terlalu rapat. Tingginya antara 15-20 m, besar pangkal batangnya bisa
mencapai 10 cm, tebal dinding 10-15 mm, dan panjang ruas 20-45 cm. Warna batangnya hijau, kuning, hijau dengan garis-garis kuning membujur atau
kuning dengan bercak-bercak cokelat. Jenis bambu ini memiliki
pertumbuhan yang cepat, mudah diperbanyak, dan dapat tumbuh baik di
tempat yang cukup kering. Bentuk yang berbercak-bercak seperti
kulit macan tutul banyak digunakan untuk bahan baku berbagai furniture,
sangkar burung, dan alat musik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar